Suku
asli Pulau Mentawai, suku Mentawai, menyatakan sikap bahwa mereka selalu bangga
dengan identitas yang melekat pada diri mereka selama ini. Termasuk dengan
nilai-nilai kerifan adat dan budaya yang mereka miliki selama ini. Pada adat
Mentawai, dikenal tradisi berburu yang hanya menggunakan alat-alat sederhana
sehingga buruan yang diperoleh hanya untuk keperluan keseharian saja. Mereka
juga mengganti pohon yang ditebang sehingga ada generasi pohon.
Ada
semacam sanksi atau denda bagi siapa saja yang menebang pohon disekitar
kediaman suku Mentawai. Para tokoh adat Mentawai menyarankan agar bersatu untuk
melindungi alam yang selama ini menjadi tumpuan hidup dan kehidupan mereka.
Selama ini, mereka memang tidak dapat dipisahkan dengan alam sekitarnya. Salah
satu bentuk kedekatannya dengan alam adalah orang asli Mentawai mengolah sagu
sejak dari pohonnya, bahkan belajar mengolah nilam. Dukun sikerei mentawai mengobati orang yang sakit dengan tumbuhan dari
alam.
B.
SISTEM MATA PENCAHARIAN
Mata
pencaharian pokok orang Mentawai adalah berkebun. Orang laki-laki bertugas
membuka sebidang tanah di dalam hutan dengan cara memotong belukar dan menebang
pohon-pohon yang kecil dan setengah besar. Alat bercocok tanam mereka adalah
tongkat tugal. Mereka mengolah tanah tanpa pencangkulan terlebih dahulu.
Pengairannya hanya tergantung pada hujan. Tanaman pokok mereka adalah keladi
dan ubi jalar. Selain itu, ada juga padi, pisang, papaya, tebu sayur-mayur,
bumbu-bumbuan, dan ramu-ramuan.
C.
SISTEM AGAMA DAN RELIGI
Agama
yang berkembang di Mentawai antara lain adalah Kristen, Katolik, dan Islam. Masyarakat
Mentawai lama juga mengenal adanya dukun yang disebut dengan sikerei, yang biasanya bertugas untuk
menyembuhkan penyakit.
D.
POLA MENETAP
Pada
zaman dahulu, desa-desa di Mentawai disebut laggai,
yang sekarang disebut kampung. Nama desa Mentawai sebagian besar merupakan
nama sungai yang merupakan lokasinya.
E.
KESENIAN
Suku
Mentawai memandan tato sebagai sesuatu yang sacral dan berfungsi sebagai simbol
keseimbangan alam. Bagi masyarakat Mentawai, Sumatera Barat, tato tato bukan
hanya coretan ditubuh, tapi tato rajah juga berfungsi mistis untuk
mempersatukan roh dan tubuh agar tidak berjauhan.
Motif tiap tato Suku Mentawai memiliki
makna berbeda. Tato labia tau sejenis
rotan hutan berujung daun yang berduri dan suit dilepas bila tersangkut
menggambarkan cara pandang orang Mentawai. Selain memperkenalkan tradisi tato,
diperkenalkan juga beberapa karya seni suku Mentawai, seperti patung dan
berbagai kerajina rumah tangga.
Kepulauan Mentawai memiliki 322 pulau
besar dn kecil, tetapi yang sudah ddiami tercatat 25 pulau. Empat pulau besar
itu adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai
Selatan. Hanya di siberut Selatan dan Siberut Utara kita dapat menemui suku
asli Mentawai. Secara geografis, letaknya memang kurang menguntungkan apalagi
sarana dan prasarana perhubungan sangat minim. Akan tetapi, beberapa desa
tempat bermukim masyarakat suku Mentawai dapat dicapai hanya dengan jalan kaki
sekitar 4-5 km atau naik ojek motor, seperti, Desa Maileppet, Puro, dan Desa
Muntei.
F.
SISTEM TEKNOLOGI SUKU MENTAWAI
Salah
satu yang menjadi budaya dikalangan suku asli Mentawai adalah mengasah gigi
sehingga menjadi runcing. Menurut sejumlah masyarakat di Mentawai, meruncingkan
gigi dilakukan sejak masa akil balig. Hal ini dilakukan agar terlihat lebih
anggun. Proses peruncingan gigi tidak dimintakan bantuan dari dokter gigi,
tetapi dilakukan oleh orang Mentawai dari kalangan pria dewasa atau dari bapak
remaja yang bersangkutan menggunakan golok atau mata beliung sebagai pahat dan
salah satu benda sebagai palu.
Oleh
karena pengaruh kemajuan, generasi muda Mentawai sekarang tak lagi melakukan
kebiasaan yang dilakukan generasi mereka sebelumnya kareana khawatir diejek
atau dikatakan aneh.
G.
SISTEM KEKERABATAN DAN SISTEM KEMASYARAKATAN
Pada
awalnya, kesatuan sosial yang paling penting adalah batih yang terdiri dari
seorang laki-laki dan seprang wanita yang hidup bersama sebagai suami istri
dalam sebuah rumah kecil yang sederhana. Pada masa sekarang, kesatuan
administrative terkecil dalam masyarakat pedesaan di Mentawai adalah rukun
tetangga yang dikepalai oleh seorang kepala RT. Sejumlah RT tergabung menjadi
satu kampung dibawah seorang kepala kampung, sedangkan sejumlah kampung
merupakan satu kecamatan.
Link Student Site Ulva Khairani
http://19513050.student.gunadarma.ac.id/
http://studentsite.gunadarma.ac.id/
http://gunadarma.ac.id/
http://baak.gunadarma.ac.id/