Jumat, 25 Oktober 2013

KEBUDAYAAN MENTAWAI



 A.   SUKU MENTAWAI
Suku asli Pulau Mentawai, suku Mentawai, menyatakan sikap bahwa mereka selalu bangga dengan identitas yang melekat pada diri mereka selama ini. Termasuk dengan nilai-nilai kerifan adat dan budaya yang mereka miliki selama ini. Pada adat Mentawai, dikenal tradisi berburu yang hanya menggunakan alat-alat sederhana sehingga buruan yang diperoleh hanya untuk keperluan keseharian saja. Mereka juga mengganti pohon yang ditebang sehingga ada generasi pohon.

Ada semacam sanksi atau denda bagi siapa saja yang menebang pohon disekitar kediaman suku Mentawai. Para tokoh adat Mentawai menyarankan agar bersatu untuk melindungi alam yang selama ini menjadi tumpuan hidup dan kehidupan mereka. Selama ini, mereka memang tidak dapat dipisahkan dengan alam sekitarnya. Salah satu bentuk kedekatannya dengan alam adalah orang asli Mentawai mengolah sagu sejak dari pohonnya, bahkan belajar mengolah nilam. Dukun sikerei mentawai mengobati orang yang sakit dengan tumbuhan dari alam.

B.   SISTEM MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian pokok orang Mentawai adalah berkebun. Orang laki-laki bertugas membuka sebidang tanah di dalam hutan dengan cara memotong belukar dan menebang pohon-pohon yang kecil dan setengah besar. Alat bercocok tanam mereka adalah tongkat tugal. Mereka mengolah tanah tanpa pencangkulan terlebih dahulu. Pengairannya hanya tergantung pada hujan. Tanaman pokok mereka adalah keladi dan ubi jalar. Selain itu, ada juga padi, pisang, papaya, tebu sayur-mayur, bumbu-bumbuan, dan ramu-ramuan.

C.   SISTEM AGAMA DAN RELIGI
Agama yang berkembang di Mentawai antara lain adalah Kristen, Katolik, dan Islam. Masyarakat Mentawai lama juga mengenal adanya dukun yang disebut dengan sikerei, yang biasanya bertugas untuk menyembuhkan penyakit.

D.   POLA MENETAP
Pada zaman dahulu, desa-desa di Mentawai disebut laggai, yang sekarang disebut kampung. Nama desa Mentawai sebagian besar merupakan nama sungai yang merupakan lokasinya.

E.   KESENIAN
Suku Mentawai memandan tato sebagai sesuatu yang sacral dan berfungsi sebagai simbol keseimbangan alam. Bagi masyarakat Mentawai, Sumatera Barat, tato tato bukan hanya coretan ditubuh, tapi tato rajah juga berfungsi mistis untuk mempersatukan roh dan tubuh agar tidak berjauhan.

          Motif tiap tato Suku Mentawai memiliki makna berbeda. Tato labia tau sejenis rotan hutan berujung daun yang berduri dan suit dilepas bila tersangkut menggambarkan cara pandang orang Mentawai. Selain memperkenalkan tradisi tato, diperkenalkan juga beberapa karya seni suku Mentawai, seperti patung dan berbagai kerajina rumah tangga.

          Kepulauan Mentawai memiliki 322 pulau besar dn kecil, tetapi yang sudah ddiami tercatat 25 pulau. Empat pulau besar itu adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Hanya di siberut Selatan dan Siberut Utara kita dapat menemui suku asli Mentawai. Secara geografis, letaknya memang kurang menguntungkan apalagi sarana dan prasarana perhubungan sangat minim. Akan tetapi, beberapa desa tempat bermukim masyarakat suku Mentawai dapat dicapai hanya dengan jalan kaki sekitar 4-5 km atau naik ojek motor, seperti, Desa Maileppet, Puro, dan Desa Muntei.

F.    SISTEM TEKNOLOGI SUKU MENTAWAI
Salah satu yang menjadi budaya dikalangan suku asli Mentawai adalah mengasah gigi sehingga menjadi runcing. Menurut sejumlah masyarakat di Mentawai, meruncingkan gigi dilakukan sejak masa akil balig. Hal ini dilakukan agar terlihat lebih anggun. Proses peruncingan gigi tidak dimintakan bantuan dari dokter gigi, tetapi dilakukan oleh orang Mentawai dari kalangan pria dewasa atau dari bapak remaja yang bersangkutan menggunakan golok atau mata beliung sebagai pahat dan salah satu benda sebagai palu.

Oleh karena pengaruh kemajuan, generasi muda Mentawai sekarang tak lagi melakukan kebiasaan yang dilakukan generasi mereka sebelumnya kareana khawatir diejek atau dikatakan aneh.

G.   SISTEM KEKERABATAN DAN SISTEM KEMASYARAKATAN
Pada awalnya, kesatuan sosial yang paling penting adalah batih yang terdiri dari seorang laki-laki dan seprang wanita yang hidup bersama sebagai suami istri dalam sebuah rumah kecil yang sederhana. Pada masa sekarang, kesatuan administrative terkecil dalam masyarakat pedesaan di Mentawai adalah rukun tetangga yang dikepalai oleh seorang kepala RT. Sejumlah RT tergabung menjadi satu kampung dibawah seorang kepala kampung, sedangkan sejumlah kampung merupakan satu kecamatan.