1. SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Kesehatan
Mental berawal dari fenomena atau realita yang terjadi pada diri manusia sejak
zaman pra Ilmiah. Menurut Marx Webeer, manusia memasuki zaman atau era sejarah
ketika mentalitas dari individu-individu itu sendiri telah tertata dengan rapi
dan didukung dari segala aspek lingkungan yang memungkinkan. Oleh karena itu,
manusia dapat menghasilkan kebudayaan untuk pertama kalinya sebagai penanda
adanya era baru (sejarah). Hal itu berarti tanpa kesehatan mental yang tertata
dengan rapi, maka tidak akan ada kebudayaan yang lahir. Tanpa kebudayaan
tersebut, maka manusia pun tidak akan pernah memasuki era ini. Kesehatan mental
adalah kunci dari mobilitas personal dan sosial manusia.
PERKEMBANGAN
KESEHATAN MENTAL PRA ILMIAH
1.
Masa
Animisme
Sejak zaman dulu, sikap
terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif
animisme. Ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh
atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun,
batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam
benda-benda tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena
dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka
mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban yang
mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam tersebut berlangsung mulai dari
abad 7-5 SM.
2.
Masa
Naturalisme
Setelah kemunculan naturalisme, maka praktik
semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental
tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad pertengahan. Perubahan sikap terhadap tradisi animisme
terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan
pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan
”Naturalisme”. Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mentalatau fisik merupakan
akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu
sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika Anda memotong batok kepala, maka
Anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, tetapi Anda
tidak akan melihat roh, dewa atau hantu yang melukai badan Anda.” Ide
naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan
pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan. Dalam perkembangan selanjutnya,
pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang
Kristen.
PERKEMBANGAN
KESEHATAN MENTAL ERA MODERN
Perubahan
yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari
animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah),
terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika
Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu, Benyamin Rush (1745-1813) menjadi
anggota staff medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini, ada 24
pasien yang dianggap sebagai lunatics(orang-orang gila atau sakit ingatan).
Pada waktu itu, sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut,
dan kurang mengetahui cara menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien
tersebut dikurung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka
sekali-sekali diguyur dengan air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna
untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang
ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran,
ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan
(selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, di rumah mental, ruangan ini dibedakan
untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan
pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau
bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan. Perkembangan psikologi abnormal dan
pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yang
berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge” beserta gerakan-gerakan yang
terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran
dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde
Dixdan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan
hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi
orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan
meninggal dunia tanggal 17 Juli 1887. Dia adalah seorang guru sekolah di
Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami
gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40 tahun, dia berjuang
untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi.
Usahanya, mula-mula diarahkan pada para pasien mental di rumah sakit. Kemudian
diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara.
Pekerjaan Dix ini merupakan faktor penting dalam membangun kesadaran masyarakat
umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat
usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika Serikat didirikan 32 rumah sakit
jiwa. Dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar di abad
ke-19. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul.
Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan,
seperti American Social Hygiene Associatin(ASHA), dan American Federation for
Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatanmental ini tidak
lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876- 1943). Bahkan, karena
jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene
Movement”. Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental dipengaruhi
oleh pengalamannya sebagai pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda.
Selama di rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan
kasar (kurang manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu
belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.
Setelah dua tahun mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia mulai memperbaiki
dirinya. Selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan
gagasan untuk membuat gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami
gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan
yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908, dia menindaklanjuti
gagasannya dengan mempublikasikan tulisan autobiografinya yang berjudul A Mind
That Found It Self. Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat
dicegah atau disembuhkan. Dia merancang suatu program yang bersifat nasional,
yang tujuannya adalah:
1. Mereformasi program
perawatan dan pengobatan terhadap pengidap penyakit
jiwa;
2. Melakukan penyebaran
informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien
yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa;
3. Mendorong
dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan obat gangguan mental
4. Mengembangkan
praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.
Begitu
tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai
gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yangmempopulerkan
istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer. Belum lama setelah buku itu diterbitkan
pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan, bernama ”Connectievt
Society For Mental Hygiene”.Satu tahu kemudian, didirikanlah ”National Commite
Society For Mental Hygiene”, dan Beers diangkat menjadi sekretarisnya.
Organisasi ini bertujuan untuk melindungi kesehatan mental masyarakat, menyusun
standard perawatan para pengidap gangguan mental, meningkatkan studi tentang
gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagi aspek yang terkait
dengannya, menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan
dan penobatannya dan mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.
Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan
bahwa pada masanya dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini
mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah
serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan
cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan,
kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial.
Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada
tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The
National Mental Helath Act.4.
2.
KONSEP SEHAT
Menurut WHO, ada tiga
komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani
merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia
yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi,
berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik,
tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat
jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat
terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan
sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung
pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti
yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa
perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam
kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu
menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan
komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan
formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik,
siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa
yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini
dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health”.
Konsep sehat menurut Para Ahli
1. Parkins (1938)
Sehat adalah suatu
keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai
faktor yang berusaha mempengaruhinya.
2. WHO (1957)
Sehat adalah suatu
keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala
faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
3. WHO (1974)
Sehat adalah keadaan
yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.
4. WHITE (1977)
Sehat adalah suatu
keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun
tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.
Pengertian sehat menurut UU Pokok
Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah
keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental) dan sosial,
serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.
3.
Perbedaan Kesehatan
Mental Konsep Barat dan Konsep Timur
Budaya
barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat
dan sakit. Perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua
kebudayaan. Akibatnya,pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun
dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia
semakin mengglobal, pertemuan kebudayaan ini tidak lagi dapat dihindari
sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba
mengintegrasikan system pengobatanantara kedua kebudayaan.
Secara
umum konsep barat dan timur mempunyai perbedaan dalam memandang kesehatan
mental. Konsep Timur lebih mementingkan keselarasan, tidak memisahkan mind and
body , tidak fragmentaris dan tidak analitis, namun kelemahannya sukar ditarik
operasionalisasi dan kejelasan konsepnya, sehingga tidak memudahkan bagi
usaha-usaha prikoterapis seperti yang dikenal pada dunia Ilmiah (barat).
Ada
perbedaan antara model kesehatan Barat dan Kesehatan Timur. Barat lebih
memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai
mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih
bersifat holistik, yaitu meliahat sehat lebih secara menyeluruh saing berkaitan
sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit. WHO mendefinisikan
kesehatan sebagai: “… keadaan
(status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya
suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan … “ (Smet, 1994).
KESEHATAN MODEL BARAT
DAN TIMUR
Pada bidang kesehatan
terdapat dua model utama, yaitu Model Barat dan Model Timur. Model Barat
dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu model Biomedis atau sering disebut
model Medis, model Psikiatris, dan model Psikosomatis. Model Timur bersifat
holistik. (Siswanto, 2007).
1.
MODEL BIOMEDIS
(BARAT)
Model Biomedis
berakar jauh pada pengobatan tradisional Yunani. Perkembangan ilmu biologi yang
pesat dengan ditemukannya virus dan bakteri sebagai sumber penyakit menyebabkan
model Biomedis berkembang sangat pesat. Dalam model Biomedis penyakit dan kesehatan semata-mata
dihubungkan dengan tubuh saja (Siswanto, 2007).
2.
MODEL PSIKIATRIS
(BARAT)
Model Psikiatris sebenarnya masih berkaitan dengan model Biomedis. Model
ini masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu penyakit
dan penggunaan treatment secara fisik, seperti obat-obatan dan
pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas. Namun model ini menunjukkan dengan
jelas adanya pertentangan-pertentangan di antara para psikiater yang berbeda
dalam menjelaskan gangguan psikosis. Model-model itu meliputi model organik yang menekankan
pada perubahan fisik dan biokimia di otak, model psikodinamik yang berkonsentrasi pada faktor
perkembangan dan pengalaman, model
behavioral yang mengatakan bahwa psikosis terjadi karena
kemungkinan-kemungkinan lingkungan, dan model sosial yang menekankan gangguan dalam kerangka
performansinya (Helman, 1990 dalamSiswanto, 2007).
3.
MODEL PSIKOSOMATIS
(BARAT)
Model Psikosomatis merupakan model yang muncul kemudian karena adanya
ketidakpuasan terhadap model Biomedis. Model ini muncul setelah jurang antara
aspek biologis dan psikologis terjembatani lewat karya Sigmund Freud tentang ketidaksadaran, Ivan Pavlov
tentang respon terkondisi,
dan W.B. Cannon tentang reaksi
serang-kabur. Model Psikosomatis menyatakan bahwa tidak ada penyakit
somatik tanpa disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya,
tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik (Tamm,
1993dalam Siswanto, 2007). Menurut model Psikosomatik, penyakit
berkembang melalui saling keterkaitan yang berkesinambungan antara faktor fisik
dengan faktor mental, yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan
yang kompleks. Penyembuhan penyakit diasumsikan terjadi melalui cara yang sama.
4.
MODEL HOLISTIK
(TIMUR)
Siswanto (2007)
mengatakan bahwa dalam dunia kedokteran, Holisme dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, Holisme melihat
organisme manusia sebagai suatu sistem kehidupan yang semua komponennya saling
terkait dan saling tergantung. Dalam arti luas, Holisme melihat sistem Holisme
dalam arti sempit itu merupakan suatu bagian integral dari sistem-sistem yang
lebih luas, di mana organisme individual berinteraksi terus-menerus dengan
lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu terpengaruh oleh lingkungan tetapi juga
mempengaruhi dan mengubah lingkungannya.
TERIMA KASIH :
v Whitbourne,Halgin.Psikologi Abnormal.Jakarta:Salemba Humanika.2010
v Yusuf, Syamsu. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental
dalam
Kajian
Psikologi dan agama.
Pustaka Bani Quraisy bandung. Bandung.
2004
v Effendy, Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan
Masyarakat. EGC.
Jakarta.2010.
v Adityawarman, Indra.
1978. Jurnal Dakwah dan Komunikasi :
Sejarah
Perkembangan Gerakan
Kesehatan Mental. 4
(1). 1-4.