Senin, 16 Maret 2015

Tugas 1 Kesehatan Mental: Sejarah Kesehatan Mental, Konsep Sehat dan Perbedaan Konsep Kesmen Barat dan Timur


1. SEJARAH KESEHATAN MENTAL
Kesehatan Mental berawal dari fenomena atau realita yang terjadi pada diri manusia sejak zaman pra Ilmiah. Menurut Marx Webeer, manusia memasuki zaman atau era sejarah ketika mentalitas dari individu-individu itu sendiri telah tertata dengan rapi dan didukung dari segala aspek lingkungan yang memungkinkan. Oleh karena itu, manusia dapat menghasilkan kebudayaan untuk pertama kalinya sebagai penanda adanya era baru (sejarah). Hal itu berarti tanpa kesehatan mental yang tertata dengan rapi, maka tidak akan ada kebudayaan yang lahir. Tanpa kebudayaan tersebut, maka manusia pun tidak akan pernah memasuki era ini. Kesehatan mental adalah kunci dari mobilitas personal dan sosial manusia.

PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL PRA ILMIAH
1.     Masa Animisme
Sejak zaman dulu, sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme. Ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin bertiup, ombak mengalun, batu berguling, dan pohon tumbuh karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban yang mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam tersebut berlangsung mulai dari abad 7-5 SM.

2.     Masa Naturalisme
          Setelah kemunculan naturalisme, maka praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad pertengahan. Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan, yaitu dengan menggunakan pendekatan ”Naturalisme”. Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mentalatau fisik merupakan akibat dari alam. Hipocrates menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu sebagai penyebab sakit. Dia menyatakan: ”Jika Anda memotong batok kepala, maka Anda akan menemukan otak yang basah, dan memicu bau yang amis, tetapi Anda tidak akan melihat roh, dewa atau hantu yang melukai badan Anda.” Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan. Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen.

PERKEMBANGAN KESEHATAN MENTAL ERA MODERN
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Ketika itu, Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota staff medis di rumah sakit Pensylvania. Di rumah sakit ini, ada 24 pasien yang dianggap sebagai lunatics(orang-orang gila atau sakit ingatan). Pada waktu itu, sedikit sekali pengetahuan tentang penyakit kegilaan tersebut, dan kurang mengetahui cara menyembuhkannya. Sebagai akibatnya, pasien-pasien tersebut dikurung dalam sel yang kurang sekali alat ventilasinya, dan mereka sekali-sekali diguyur dengan air. Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang menderita gangguan mental tersebut. Cara yang ditempuhnya adalah dengan melalui penulisan artikel-artikel dalam koran, ceramah, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Akhirnya, setelah usaha itu dilakukan (selama 13tahun), yaitu pada tahun 1796, di rumah mental, ruangan ini dibedakan untuk pasien wanita dan pria. Secara berkesenimbungan, Rush mengadakan pengobatan kepada para pasien dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan. Perkembangan psikologi abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene” yang berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge” beserta gerakan-gerakan yang terorganisir. Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dixdan Clifford Whittingham Beers. Kedua orang ini banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorthea Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia tanggal 17 Juli 1887. Dia adalah seorang guru sekolah di Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis (pioneer), selama 40 tahun, dia berjuang untuk memberikan pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih manusiawi. Usahanya, mula-mula diarahkan pada para pasien mental di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara. Pekerjaan Dix ini merupakan faktor penting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika Serikat didirikan 32 rumah sakit jiwa. Dia layak mendapat pujian sebagai salah seorang wanita besar di abad ke-19. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Associatin(ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatanmental ini tidak lepas dari jasa Clifford Whittingham Beers (1876- 1943). Bahkan, karena jasa-jasanya itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam kesehatan mental dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama di rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan yang keras dan kasar (kurang manusiawi). Kondisi seperti ini terjadi karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya. Setelah dua tahun mendapatkan perawatan di rumah sakit, dia mulai memperbaiki dirinya. Selama tahun terakhirnya sebagai pasien, dia mulai mengembangkan gagasan untuk membuat gerakan untuk melindungi orang-orang yang mengalami gangguan mental atau orang gila (insane). Setelah dia kembali dalam kehidupan yang normal (sembuh dari penyakitnya), pada tahun 1908, dia menindaklanjuti gagasannya dengan mempublikasikan tulisan autobiografinya yang berjudul A Mind That Found It Self. Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah atau disembuhkan. Dia merancang suatu program yang bersifat nasional, yang tujuannya adalah:
1. Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap pengidap penyakit
jiwa;
2. Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman  dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa;
3. Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan obat gangguan mental
4. Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental.

Begitu tertariknya terhadap gagasan Beers, Adolf Mayer menyarankan untuk menamai gerakan itu dengan nama ”Mental Hygiene”. Dengan demikian, yangmempopulerkan istilah ”Mental Hygiene” adalah Mayer. Belum lama setelah buku itu diterbitkan pada tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan, bernama ”Connectievt Society For Mental Hygiene”.Satu tahu kemudian, didirikanlah ”National Commite Society For Mental Hygiene”, dan Beers diangkat menjadi sekretarisnya. Organisasi ini bertujuan untuk melindungi kesehatan mental masyarakat, menyusun standard perawatan para pengidap gangguan mental, meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagi aspek yang terkait dengannya, menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan penobatannya dan mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada. Terkait dengan perkembangan gerakan kesehatan mental ini, Deutsch mengemukakan bahwa pada masanya dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental ini mengkonsentarsikan programnya untuk membantu mereka yang mengalami masalah serius. Setelah perang usai, gerakan kesehatan mental semakin berkembang dan cakupan garapannya meliputi berbagai bidang kegiatan, seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, pengobatan umum, industri, kriminologi, dan kerja sosial. Secara hukum, gerakan kesehatan mental ini mendapatkan pengukuhannya pada tanggal 3 Juli 1946, yaitu ketika presiden Amerika Serikat menandatangani ”The National Mental Helath Act.4.

2.   KONSEP SEHAT


Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:

1.    Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.

2.    Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.


3.    Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4.     Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.

Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health”.

Konsep sehat menurut Para Ahli
1.    Parkins (1938)
Sehat adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya.

2.    WHO (1957)
Sehat adalah suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.

3.    WHO (1974)
Sehat adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

4.    WHITE (1977)
Sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan.

Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental) dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit cacat dan kelemahan.


3.   Perbedaan Kesehatan Mental Konsep Barat dan Konsep Timur

Budaya barat dan timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat dan sakit. Perbedaan ini kemudian mempengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya,pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin mengglobal, pertemuan kebudayaan ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan system pengobatanantara kedua kebudayaan. 

Secara umum konsep barat dan timur mempunyai perbedaan dalam memandang kesehatan mental. Konsep Timur lebih mementingkan keselarasan, tidak memisahkan mind and body , tidak fragmentaris dan tidak analitis, namun kelemahannya sukar ditarik operasionalisasi dan kejelasan konsepnya, sehingga tidak memudahkan bagi usaha-usaha prikoterapis seperti yang dikenal pada dunia Ilmiah (barat).

Ada perbedaan antara model kesehatan Barat dan Kesehatan Timur. Barat lebih memandang kesehatan bersifat dualistik yaitu mengibaratkan manusia sebagai mesin yang sangat dipengaruhi oleh dominasi medis. Sedangkan Timur lebih bersifat holistik, yaitu meliahat sehat lebih secara menyeluruh saing berkaitan sehingga berpengaruh pada cara penanganan terhadap penyakit. WHO mendefinisikan kesehatan sebagai: “… keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan … “ (Smet, 1994).

KESEHATAN MODEL BARAT DAN TIMUR

Pada bidang kesehatan terdapat dua model utama, yaitu Model Barat dan Model Timur. Model Barat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu model Biomedis atau sering disebut model Medis, model Psikiatris, dan model Psikosomatis. Model Timur bersifat holistik. (Siswanto, 2007).

1.    MODEL BIOMEDIS (BARAT)
Model Biomedis berakar jauh pada pengobatan tradisional Yunani. Perkembangan ilmu biologi yang pesat dengan ditemukannya virus dan bakteri sebagai sumber penyakit menyebabkan model Biomedis berkembang sangat pesat. Dalam model Biomedis penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dengan tubuh saja (Siswanto, 2007).

2.    MODEL PSIKIATRIS (BARAT)
Model Psikiatris sebenarnya masih berkaitan dengan model Biomedis. Model ini masih mendasarkan diri pada pencarian bukti-bukti fisik dari suatu penyakit dan penggunaan treatment secara fisik, seperti obat-obatan dan pembedahan untuk mengoreksi abnormalitas. Namun model ini menunjukkan dengan jelas adanya pertentangan-pertentangan di antara para psikiater yang berbeda dalam menjelaskan gangguan psikosis. Model-model itu meliputi model organik yang menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak, model psikodinamik yang berkonsentrasi pada faktor perkembangan dan pengalaman, model behavioral yang mengatakan bahwa psikosis terjadi karena kemungkinan-kemungkinan lingkungan, dan model sosial yang menekankan gangguan dalam kerangka performansinya (Helman, 1990 dalamSiswanto, 2007).

3.    MODEL PSIKOSOMATIS (BARAT)
Model Psikosomatis merupakan model yang muncul kemudian karena adanya ketidakpuasan terhadap model Biomedis. Model ini muncul setelah jurang antara aspek biologis dan psikologis terjembatani lewat karya Sigmund Freud tentang ketidaksadaran, Ivan Pavlov tentang respon terkondisi, dan W.B. Cannon tentang reaksi serang-kabur. Model Psikosomatis menyatakan bahwa tidak ada penyakit somatik tanpa disebabkan oleh antesenden emosional dan atau sosial. Sebaliknya, tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom-simtom somatik (Tamm, 1993dalam Siswanto, 2007). Menurut model Psikosomatik, penyakit berkembang melalui saling keterkaitan yang berkesinambungan antara faktor fisik dengan faktor mental, yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks. Penyembuhan penyakit diasumsikan terjadi melalui cara yang sama.

4.    MODEL HOLISTIK (TIMUR)
Siswanto (2007) mengatakan bahwa dalam dunia kedokteran, Holisme dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, Holisme melihat organisme manusia sebagai suatu sistem kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung. Dalam arti luas, Holisme melihat sistem Holisme dalam arti sempit itu merupakan suatu bagian integral dari sistem-sistem yang lebih luas, di mana organisme individual berinteraksi terus-menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu terpengaruh oleh lingkungan tetapi juga mempengaruhi dan mengubah lingkungannya.


            TERIMA KASIH :

v  Whitbourne,Halgin.Psikologi Abnormal.Jakarta:Salemba Humanika.201­­0
v  Yusuf, Syamsu. Mental Hygiene Perkembangan Kesehatan Mental dalam
Kajian Psikologi dan agama. Pustaka Bani Quraisy bandung. Bandung.
2004
v  Effendy, Nasrul. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. EGC.
Jakarta.2010.
v  Adityawarman, Indra. 1978. Jurnal Dakwah dan Komunikasi : Sejarah
Perkembangan Gerakan Kesehatan Mental. 4 (1). 1-4.