Jumat, 31 Oktober 2014

#PINTERNET : DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF INTERNET ADDICTION DAN PSIKO TERAPI VIA INTERNET


1.  DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN INTERNET
                 Pada saat ini internet merupakan media yang hampir digunakan semua orang dari berbagai kalangan usia. Terdapat dampak positif dan negative yang dihasilkan dari penggunaan internet. Salah satu dampak negatifnya adalah penggunaan internet yang berlebihan membuat individu menjadi ketergantungan pada internet. Individu yang mengalami problematic internet use akan cenderung menunjukkan emosi yang negative di dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga diduga akan berkaitan dengan subjective well being.
                 Hasil survey peneliti menunjukkan bahwa terdapat dampak positif dan negative dari penggunaan internet. Sebanyak 52% menyebutkan bahwa internet mempermudah subjek dalam mencari informasi dan sebanyak 30% menyebutkan internet memudahkan subjek dalam bersosialisasi dan menjalin komunikasi. Sebanyak 44% menyebutkan internet membuat subjek menjadi lupa waktu sehingga aktivitas penting yang seharusnya dilakukan menjadi tidak dikerjakan dan sebanyak 26% menyebutkan internet menyebabkan subjek menjadi acuh terhadap lingkungan di dunia nyata.
Jadi, Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjective well being tidak berkaitan dengan problematic internet use. Motif dari penggunaan internet terkait dengan tuntutan akdemis, level of problematic internet use seluruh kelompok yang tidak tergolong tinggi, dan negative outcomes seluruh kelompok yang tergolong rendah ini dapat menjelaskan problematic internet use subjek tidak berkaitan dengan subjective well being, akan tetapi lebih berkaitan pada domain satisfication.


Salah satu dampak negatif lainnya dari Teknologi Informasi adalah munculnya Cyberbullying. Cyberbullying adalah perlakuan yang ditujukan untuk mempermalukan, menakut-nakuti, melukai, atau menyebabkan kerugian bagi pihak yang lemah dengan menggunakan sarana komunikasi Teknologi Informasi. Cyberbullying adalah istilah yang digunakan pada saat seorang anak atau remaja mendapat perlakukan tidak menyenangkan seperti dihina, diancam, dipermalukan, disiksa, atau menjadi target bulan-bulanan oleh anak atau remaja yang lain menggunakan teknologi Internet, teknologi digital interaktif maupun teknologi mobile [8]. Jika orang dewasa ikut terlibat tidak lagi disebut sebagai cyberbullying tetapi disebut cyber harassment atau cyber stalking. Cyberbullying biasanya bukan hanya komunikasi satu kali, ini “terjadi secara berulang kali”, kecuali jika itu adalah sebuah ancaman pembunuhan atau ancaman serius terhadap keselamatan orang. Ada 3 macam metode cyberbullying yaitu direct attacks (pesan-pesan dikirimkan secara langsung ke anak), posted and public attacks yang dirancang untuk mempermalukan target dengan memposting atau menyebarkan informasi atau gambar-gambar yang memalukan ke publik, dan cyberbullying by proxy (memanfaatkan orang lain untuk membantu mengganggu korban, baik dengan sepengetahuan orang lain tersebut atau tidak).
Sarana teknologi informasi yang banyak digunakan untuk cyberbullying ini adalah dengan menggunakan situs jejaring sosial (35%) dan pesan teks (SMS) (33%). Sedangkan perlakuan cyberbullying yang paling banyak diterima oleh korban adalah diejek/diolok-olok/dimaki-maki lewat sarana tersebut. Kebanyakan korban yang mendapat perlakuan cyberbullying menceritakan pengalaman yang mereka alami kepada teman-teman mereka (51,3%). Kepada semua siswa ditanyakan apakah mereka pernah mendengar atau mengetahui orang lain mengalami cyberbullying, hasilnya 60% responden mengatakan pernah mendengar atau mengetahuinya. Selain mencari tahu apakah siswa pernah menjadi korban cyberbullying, ditanyakan juga apakah mereka pernah menjadi pelaku cyberbullying. Hasilnya 32% siswa mengatakan pernah melakukan cyberbullying dan sarana yang paling populer untuk melakukan aksinya adalah dengan menggunakan situs jejaring sosial. Alasan mereka melakukan cyberbullying kepada teman-teman mereka sebagian besar menjawab hanya karena iseng saja (49%). Selanjutnya kami menanyakan tentang efek dari cyberbullying bila dibandingkan dengan bullying tradisional. Hasilnya lebih banyak siswa (38%) mengatakan cyberbullying memilik efek yang lebih besar terhadap korban.
Meningkatnya pengguna situs jejaring sosial yang sebagian besar diantaranya adalah remaja, merupakan fenomena yang berkembang saat ini. Akibatnya dampak positif maupun negatif yang ditimbulkan media sosial ini juga berimbas bagi pengguna. Facebook (FB) merupakan salah satu situs pertemanan atau jejaring sosial yang belakangan sangat berkembang pesat dibanding situs pertemanan lainnya. FB sendiri adalah website jaringan sosial dimana para pengguna dapat bergabung dalam komunitas seperti kota, kerja, sekolah, dan daerah untuk melakukan koneksi dan berinteraksi dengan orang lain.
Media FB juga dianggap merupakan media bertukar informasi dan menambah pengetahuan. Sebanyak 96 responden (47,04%) menyatakan sangat setuju dengan hal tersebut. Dan sebanyak 101 responden (49,50%) menyatakan bahwa dengan FB, remaja dapat menambah pengalaman dengan apa yang ditemui di akun situs jejaring sosial tersebut. Disamping itu hasil penelitian menyebut kan bahwa 109 remaja (53,43%) setuju dan merasa terhibur dengan adanya FB. Akun situs jejaring sosial FB juga dapat membuat remaja kecanduan dan lupa waktu. Hasil penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara penggunaan akun FB dengan kecanduan penggunaannya..
SUMBER :
·         Putri, Novita Ade. (2013). Subjective Well Being Mahasiswa yang Menggunakan
Internet Secara Berlebihan.  Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya Vol. 2 No.1 (2013)
·         Rahayu, Flourensia Sapty. (2012). Cyberbullying Sebagai Dampak Negatif Penggunaan
Teknologi Informasi. 24 Journal of Information Systems, Volume 8, Issue 1.
·         Juditha, Christiany. (2011). Hubungan Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook
Terhadap Perilaku Remaja di Kota Makassar. Jurnal Penelitian IPTEK-KOM, Volume 13, No. 1.

2.  INTERNET ADDICTION
Internet yang semula dirancang untuk menjadi sistem komunikasi militer telah berkembang menjadi penghubung banyak komputer sekaligus ke dalam sebuah jaringan.2 Namun perkembangan internet saat ini bukan hanya sebagai alat pengiriman, pertukaran, dan pengambilan data. Ironisnya, alat yang begitu berguna ini juga menimbulkan cukup banyak persoalan pada penggunanya.
Ketertarikan seseorang terhadap internet banyak bergantung kepada kepentingan, minat, dan kepribadian setiap individu. Orang dapat memeroleh informasi mengenai apa saja sesuai dengan bidang minat dan perhatiannya. Meskipun demikian, ada tiga hal utama yang menjadi pintu masuk keterlibatan seseorang dalam kecanduan internet, yakni pornografi, online game, dan jejaring sosial.
Kecanduan pada internet juga memberi dampak negatif yang besar pada sisi spiritual. Pertama, menjadi pecandu internet berarti menyerahkan hidup kepada internet untuk mengontrol diri kita. Kedua, pecandu internet sering mengawali proses kecanduan dan menggulirkan kecanduannya itu dengan kebohongan. Ketiga, akibat kecanduan internet adalah kerusakan pada diri dan hubungan dengan Tuhan. Berhadapan dengan pecandu, penolong dituntut untuk memperlihatkan sikap penerimaan terhadap pribadi mereka, namun sekaligus juga sikap tegas terhadap pergumulan yang sedang mereka hadapi. Selain itu, penanganan terhadap pecandu harus diupayakan secara multidimensional dan terpadu. Bila pecandu telah dapat melepaskan diri dari kecanduannya, mereka tetap perlu waspada agar tidak terlibat kembali dalam kebiasaan lamanya.
      Internet addiction merupakan fenomena yang mencemaskan dan menarik perhatian Internet telah membuat remaja kecanduan, karena menawarkan berbagai informasi, permainan, dan hiburan. Hal ini ditandai rasa senang dengan internet, durasi penggunaan internet terus meningkat, menjadi cemas dan bosan ketika harus melalui beberapa hari tanpa internet. Pecandu internet tidak dapat menghentikan keinginan untuk online sehingga kehilangan kontrol dari penggunaan internet dan kehidupannya mahasiswa kurang mampu mengontrol perilaku dalam bermain internet yang berlebihan (waktu yang tidak terkontrol), kurang mampu dalam mengambil keputusan atau suatu tindakan yang cukup baik terhadap internet.

Internet addiction mahasiswa FIP tergolong tinggi, hal ini berarti mahasiswa FIP mengalami kecanduan dalam berinternet, yang ditandai dengan mahasiswa selalu tertuju pada internet, kurang dapat dalam mengontrol penggunaan interenet, dan dalam penggunaan internet digunakan untuk melarikan diri dari masalah.
Uji hipotesis antara self control dengan internet addiction diterima. Hal tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara self control dengan internet addiction pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan semester 5 Universitas Negeri Semarang tahun 2010/2011.
Pengguna Internet terdiri dari berbagai usia termasuk emerging adulthood. Internet memberikan dampak positif dan negative. Salah satu dampak negative penggunaan Internet adalah kecanduan Internet. Faktor kepribadian berperan bagi terjadinya kecanduan internet. Faktor kepribadian yang berperan bagi kecanduan Internet adalah introvert, agreeableness yang rendah, neuroticism yang tinggi, conscientiousness yang rendah. Individu menggunakan internet tidak hanya untuk bermain dan berinteraksi dengan orang lain tetapi juga untuk mencari jurnal-jurnal untuk mengerjakan tugas. Individu yang memiliki kepribadian openness to experiences tinggi memiliki keinginan mencoba hal hal baru untuk menambah pengalaman dan pengetahuan. Peneliti melakukan pengelompokkan tipe-tipe kepribadian setiap subjek dengan kecanduan internet.

Fenomena Kasus Internet Addiction
  1. Kecanduan game online : contoh kasusnya adalah  seorang anak ber-umur 16 tahun yang masih bersekolah di bangku SMA telah kecanduan game online yang bernama “Ayodance” dia terus memainkan game itu sampai larut malam , begadang dan bahkan dia lakukan setiap hari sampai dia bolos sekolah demi memainkan game online, dan tidak jarang dia menghabiskan uang berjuta juta untuk membeli Voucher untuk “char” game online tersebut, sampai-sampai menginap 2malam di warnet.
  2. Kecanduan Jejaring social : siapa yang tidak tahu jejaring social “Twitter,Facebook,Line,BBM,Whatssap” hampir semua tau. Dari orang dewasa hingga anak kecil yang masih bersekolah di bangku Sekolah dasar. Tidak sedikit dari mereka kecanduan jejaring social ini. Kasus terbanyak yang mengalami kecanduang jejaring social berada pada anak remaja. Mereka menghabiskan waktu lebih dari 10 jam untuk hanya sekedar membuka situs jejaring social dari bangun tidur hingga mau tidur mereka pasti tidak lupa mengecek jejaring social mereka . akibatnya ada yang sampai lupa makan, lupa ibadah, lupa mengerjakan tugas . waktu mereka terbuang sia sia hanya untuk jejaring social
  3. Anak laki-laki yang tidak lulus sekolah atau mendapatkan nilai yang kurang karena di pengaruhi oleh dunia internet, ia selalu kecanduan untuk bermain internet atau di warnet bahkan sampai lupa waktu. Seketika berangkat sekolah pamit pada orang tua tetapi ia ternyata bolos sekolah hanya karena ingin bermain game online yang menurut ia lebih penting daripada pendidikan sangat di sayangkan waktu terbuang hanya untuk bermain game online” . Beberapa bentuk gejala kecanduan ditunjukkan dengan kurangnya tidur, kelelahan, nilai yang buruk, performa kerja yang menurun, lesu dan kurangnya fokus. Penderita juga cenderung kurang terlibat dalam aktivitas dan hubungan sosial. penderita akan berbohong tentang berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk online dan juga tentang permasalahan-permasalahan yang mereka tunda karenanya. Dalam keadaan offline mereka menjadi pribadi yang lekas marah saat ada yang menanyakan berapa lama waktu yang mereka gunakan untuk berinternet.
Jenis – Jenis Internet Addiction
a.       Cybersexual Addiction,
Termasuk ke dalam cybersexual addiction antara lain adalah individu yang secara kompulsif mengunjungi website-website khusus orang dewasa, melihat hal-hal yang berkaitan dengan seksualitas yang tersaji secara eksplisit, dan terlibat dalam pengunduhan dan distribusi gambar-gambar dan file-file khusus orang dewasa.
b.       Cyber-Relationship Addiction
Cyber-relationship addiction mengacu pada individu yang senang mencari teman atau relasi secara online. Individu tersebut menjadi kecanduan untuk ikut dalam layanan chat room dan seringkali menjadi terlalu-terlibat dalam hubungan pertemanan online atau terikat dalam perselingkuhan virtual.
c.       Net compulsions
Yang termasuk dalam sub tipe net compulsions misalnya perjudian online,  belanja online, dan perdagangan online.
d.        Information Overload
Information overload mengacu pada web surfing yang bersifat kompulsif.
e.       Computer Addiction
Salah satu bentuk dari computer addiction adalah bermain game komputer yang bersifat obsesif.
SUMBER
·         Elia, Heman. (2009). Kecanduan Berinternet dan Prinsip-Prinsip untuk Menolong
Pecandu Internet. Veritas 10/2, Volume 285-299.
·         Ningtyas, Sari Dewi Yuhana. (2012). Hubungan Antara Self Control dengan Internet
Addiction pada Mahasiswa. Educational Psychology Journal 1(1).
·         Veronika, Listyani Pranoto. (2013). Kepribadian Emerging Adulthood yang
Kecanduan Internet.Veritas 10/3 Volume 222-232

3.  PSIKOTERAPI VIA INTERNET CO/WEB KONSELING
Hadirnya teknologi informasi dan komunikasi membuka era baru dalam profesi konseling. Kondisi ini merupakan tantangan tersendiri bagi para guru bimbingan dan konseling BK/konselor untuk dapat berperan serta dan dapat menguasai berbagai keterampilan di dalamnya. Seringkali permasalahan-permasalahan yang dihadapi siswa / remaja berawal dari dunia online, menyatakan bahwa teknologi informasi juga dapat secara sosial mengisolasi dan telah menyebabkan masalah sosial baru khususnya di kalang anak-anak dan remaja. Tidak hanya itu, konselor juga dapat mengalami masalah di lapangan berawal dari dunia online. Guru BK/konselor dapat bertemu dengan klien dengan menggunakan teknologi. Kondisi ini bertujuan untuk memudahkan konselor dalam membantu kliennya, memberikan kenyamanan kepada klien dalam bercerita dengan menggunakan aplikasi teknologi sebagai penghubung dirinya dengan konselor dengan tanpa harus tatap muka secar langsung. Media yang biasa digunakan adalah website, telephone/handphone, email, chat, instant messagin, video conferencing.website,.

Berdasarkan dari jurnal yang saya baca mengenai model konseling pastoral berbasis e-CRM, GPM sebagaimana gereja pada umumnya merupakan sebuah organisasi non profit, karena gereja berorientasi terhadap pelayanan sosial kemanusiaan bertujuan mensejahterakan kehidupan manusia. Penelitian ini membahas pada konteks Gereja Protestan Maluku yang memiliki alur organisasi dari sinode, klasis, dan jemaat. Penelitian ini melihat masalah GPM terkait dengan loyalitas pelayanan kepada jemaat (follower). Formulasi pendekatan yang ideal digunakan untuk dapat mengetahui kebutuhan, pandangan, serta masalah yang terjadi, maka penelitian ini menggunakan pendekatan Konseling Pastoral. Paper ini membahas tentang model i-CPRF yang terlahir akibat konsep e-CRM, i-CPRF merupakan model yang di adaptasi dari e-CRM. Model i-CPRF dimodelkan agar dapat dimanfaatkan untuk keperluan konseling pastoral, mengelola persoalan-persoalan pribadi anggota jemaat dengan menggunakan aplikasi berbasis web. Dengan demikian masalah dan kebutuhan klien diketahui, untuk dikelolah dengan baik secara berkelanjutan melalui model aplikasi i-CPRF. Oleh karena itu Model Konseling Pastoral berbasis e-CRM menjadi rekomendasi.gereja harus mampu menjawab persoalan jemaat dengan kritis dan inovatif sekaligus tanggap terhadap proses perubahan teknologi. Gereja harus belajar untuk menanggapi persoalan jemaat akibat perubahan cara pola pikir yang disebabkan oleh perubahan teknologi.
Tujuan dari sistem ini adalah bagaimana GPM bisa menjangkau para jemaatnya sekaligus memanfaatkan teknologi yang ada. Ini juga bermanfaat dalam membedah kasus, mana yang harus didahului, biasanya yang mendapat ranking teratas yang mendapat perhatian terlebih dahulu.
SUMBER
·         Nabilah. (2010). Pengembangan Media Layanan Konseling Melalui Internet di
Perguruan Tinggi. Universitas Negeri Jakarta.
·         Ifdil. (2013). Konseling Online Sebagai Salah Satu Bentuk Pelayanan Konseling.
Jurnal Konseling dan Pendidikan, Volume 1, Nomor 1.
·         Manjaruni, Maryo Indra dan Danny Manongga. (2013). Model Konseling Pastoral
Berbasis e-RCM ( Studi Kasus : Gereja Protestan Maluku ). Seminar Nasional
Teknologi Informasi dan Komunikasi 2013 (SENTIKA 2013).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar