BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Terapi keluarga adalah salah satu bentuk
intervensi psikologi keluarga sebagai sub bab pada psikologi klinis. Terapi
keluarga merupakan pendekatan terapeutik yang melihat masalahindividu dalam
konteks lingkungan khususnya keluarga dan menitik beratkan pada
prosesinterpersonal.
Terapi keluarga merupakan intervensi
spesifik dengan tujuan membina komunikasi secara terbuka dan teraksi keluarga
secara sehat. Terapi keluarga adalah
sesungguhya bagian dari
cabang ilmu konseling yang
relatif baru. Dia muncul di sekitar tahun 1950-an, sebagai suatu reaksi/koreksi atas
psikoanalisa yang ditemukan
oleh SigmundFreud. Psikoanalisa dianggap
sebagai sesuatu yang
‘gagal’ oleh parapionir
terapi keluarga, sekalipun
banyak dari mereka
terlatih di bidang psikoanalisa.Dalam psikoanalisa, klien
harus dikonseling sendirian.
Bermain adalah bagian integral dari masa
kanak-kanak, media yang unik untuk memfasilitasi perkembangan ekspresi bahasa,
ketrampilan komunikasi, perkembangan emosi, ketrampilan sosial, ketrampilan
pengambilan keputusan, dan perkembangan kognitif pada anak-anak (Landreth,
2001). Bermain juga dikatakan sebagai media untuk eksplorasi dan penemuan
hubungan interpersonal, eksperimen dalam peran orang dewasa, dan memahami
perasaannya sendiri. Bermain adalah bentuk ekspresi diri yang paling lengkap
yang pernah dikembangkan manusia. Erikson (Landreth, 2001) mendefinisikan
bermain sebagai suatu situasi dimana ego dapat bertransaksi dengan pengalaman
dengan menciptakan situasi model dan juga dapat menguasai realitas melalui
percobaan dan perencanaan.
Sementara Landreth (2001) mendefinisikan
terapi bermain sebagai hubungan interpersonal yang dinamis antara anak dengan
terapis yang terlatih dalam prosedur terapi bermain yang menyediakan materi
permainan yang dipilih dan memfasilitasi perkembangan suatu hubungan yang aman
bagi anak untuk sepenuhnya mengekspresikan dan eksplorasi dirinya (perasaan,
pikiran, pengalaman, dan perilakunya) melalui media bermain. International
Association for Play Therapy (APT), sebuah asosiasi terapi bermain yang
berpusat di Amerika, dalam situsnya di internet mendefinisikan terapi bermain
sebagai penggunaan secara sistematik dari model teoritis untuk memantapkan
proses interpersonal dimana terapis bermain menggunakan kekuatan terapiutik
permainan untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan
psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
(www.a4pt.org). Beberapa definisi terapi bermain tersebut mengarah pada
beberapa hal penting, yaitu:
(a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan
(b) konteks permainan;
(c) partisipan yang terlibat;
(d) urutan permainan;
(e) ruang yang digunakan;
(f) gaya bermain;
(g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan.
Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.
(a) tipe dan jumlah permainan yang digunakan
(b) konteks permainan;
(c) partisipan yang terlibat;
(d) urutan permainan;
(e) ruang yang digunakan;
(f) gaya bermain;
(g) tingkat usaha yang dicurahkan dalam permainan.
Terapi bermain adalah pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana konsep terapi keluarga dan terapi bermain ?
2. Bagaimana peran serta teknik dari kedua terapi tersebut ?
3. Apa tujuan dari kedua teknik tersebut ?
C.
TUJUAN
PENULISAN
Penulisan ini bertujuan untuk melihat
bagaimana konsep, tujua, peran dan teknik dari terapi keluarga dan terapi
bermain.
D.
MANFAAT
PENULISAN
1.
Manfaat
Teoritis
Manfaat yang diberikan secara
teoritis melalui lebih membahas psikologi klinis serta memberikan pemahaman
akan terapi keluarga dan terapi bermain dan kemudian diharapkan pemahaman
tersebut dapat diperluas kembali melalui peneliti-peneliti selanjutnya.
2.
Manfaat
Praktis
Adapun manfaat praktis
yang peneliti harapkan dari penelitian ini adalah dapat membantu orang tua, masyarakat
umum untuk mengetahui bagaimana terapi keluarga dan terapi bermain. Dan
membantu menyediakan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk lebih
mengenal, memahami, dan mengarahkan agar dapat lebih memahami secara mendalam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
TERAPI
KELUARGA
1.
Konsep
Terapi Keluarga
Pusat dari
sistem interpersonal dalam tiap kehidupan seseorang adalah keluarga. Seorang
bayi belajar bagaimana hidup dan menerima kehidupan itu melalui interaksinya
dalam keluarga. Interaksi seseorang di masa depan memperlihatkan intensitas
ikatan emosi dan kepercayaan dasar terhadap diri dan dunia luar yang dihasilkan
pada interaksi awal dalam keluarga. Terapi keluarga
tradisional merupakan contoh pendekatan sistemik untuk memahami dan
memodifikasi perilaku dan pengalaman yang bermasalah. Keluarga lebih menjadi
fokus pemahaman dan intervensi dibandingkan klien sendiri. Masalah pada pasien
dilihat sebagai fungsi strategis untuk mempertahankan beberapa aspek fungsi
keluarga.
Banyak peneliti percaya bahwa suatu evaluasi
keluarga harus dilakukan pada setiap pasien, tetapi terapi keluarga ternyata
tidak sama seperti itu. Suatu evaluasi keluarga yang menyeluruh dapat
memberikan wawasan dan prespektif tambahan mengenai kerja pada kasus
perseorangan walaupun terapi keluarga itu sendiri tidak dilibatkan. Meskipun masalah klien bukan karena
disfungsi dalam keluarga, keluarga dapat menjadi sumber yang penting dalam
proses terapi. Therapist berusaha
memberi gambaran mengenai dukungan dan dorongan anggota keluarga jika individu
berusaha untuk keluar dari permasalahan melalui proses konseling/terapi ini.
Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan seluruh anggota keluarga.
Cara seorang individu merasa dan berpikir mengenai
lingkunganya dipengaruhi oleh keluarga
asalnya dan keadaan keluarganya sekarang. Penggunaan suatu penilaian keluarga
dan sistem keluarga dapat menjurus pada suatu diagnosis yang lebih akurat,
pengobatan yang sesuai, kepatuhan yang membaik, dan usaha untuk pencegahan.
Tugas ahli terapi adalah untuk melakukan tindakan yang lebih adaptif pada
proses terapi keluarga. Tugas ahli terapi adalah untuk melakukan tindakan yang
lebih adaptif pada proses terapi keluarga.
2 2. Tujuan
Terapi Keluarga
Tujuan
utama teknik terapi keluarga adalah untuk mengidentifikasi stres-stres yang akan
dihadapi klien pada masa yang akan datang dan membuat rencana agar stres-stres
itu dapat dihindari ataupun dihadapi.
Secara
umum, tujuan terapi keluarga adalah:
a. Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluar.
b. Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
c. Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
d. Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga
Secara khusus, tujuan terapi keluarga adalah:
a. Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
b. Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
c. Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
d. Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga.
a. Membantu anggota keluarga untuk belajar dan secara emosional menghargai bahwa dinamika kelurga saling bertautan di antara anggota keluar.
b. Membantu anggota keluarga agar sadar akan kenyataan bila anggota keluarga mengalami problem, maka ini mungkin merupakan dampak dari satu atau lebih persepsi, harapan, dan interaksi dari anggota keluarga lainnya.
c. Bertindak terus menerus dalam konseling/terapi sampai dengan keseimbangan homeostasis dapat tercapai, yang akan menumbuhkan dan meningkatkan keutuhan keluarga.
d. Mengembangkan apresiasi keluarga terhadap dampak relasi parental terhadap anggota keluarga
Secara khusus, tujuan terapi keluarga adalah:
a. Membuat semua anggota keluarga dapat mentoleransikan cara atau perilaku yang unik (idiosyncratic) dari setiap anggota keluarga.
b. Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustrasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
c. Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati, dan mengembangkan anggota lainnya.
d. Membantu mencapai persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga.
3.
Peran Terapi Keluarga
Peran dari
therapist dalam membantu klien dalam
menyelesaikan permasalahan dalam keluarga ada lima, peran tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
b. Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
c. Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi
d. Pemberi tantangan
e. Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.
a. Sebagai penilai mengenai; masalah, sasaran intervensi, kekuatan dan strategi keluarga, kepercayaan dan etnik keluarga. Eksplorasi pada: reaksi emosi keluarga terhadap trauma dan transisi, komposisi, kekuatan dan kelemahan, informasi yang dimiliki, kebutuhan-kebutuhan keluarga, kesiapan untuk intervensi dan dirujuk pada ahli lain.
b. Pendidik/pemberi informasi agar keluarga siap beradaptasi terhadap perubahan-perubahan
c. Pengembang sistem support, mengajarkan support dan selalu siap dihubungi
d. Pemberi tantangan
e. Pemberi fasilitas prevensi (pencegahan) dengan mempersiapkan keluarga dalam menghadapi stress.
Dalam terapi ada beberapa proses yang harus dijalankan sebagai pelaksanaan dari sebuah terapi. Ada empat langkah dalam proses terapi, proses tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melibatkan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga konselor mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
b. Penilaian masalah yang mencakup pemahaman tentang kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
c. Strategi-strategi khusus untuk pemberian bantuan dengan menentukan macam intervensi yang sesuai dengan tujuan.
d. Follow up, dengan memberi kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.
4.
Teknik Terapi Keluarga.
Terapi keluarga dilakukan dengan menggunakan tehnik berikut :
a. Terapi Keluarga Berstruktur.
Terapi keluarga dilakukan dengan menggunakan tehnik berikut :
a. Terapi Keluarga Berstruktur.
Terapi keluarnya berstruktur adalah suatu kerangka teori
tehnik pendekatan individu dalam konteks sosialnya. Tujuan adalah mengubah
organisasi keluarga. Terapi keluarga berstruktur memepergunakan proses balik
antara lingkungan dan orang yang terlibat perubahan – perubahan yang
ditimbulkan oleh seseorang terhadap sekitarnya dan cara – cara dimana umpan balik
terhadap perubahan perubahan tadi mempengaruhi tindakan selanjutnya. Terapi
keluarga mempergunakan tehnik – tehnik dan mengubah konteks orang – orang
terdekat sedemikian rupa sehingga posisi mereka berubah dengan mengubah
hubungan antara seseorang dengan konteks yang akrab tempat dia berfungsi, kita
mengubah pengalaman subyektifnya
b. Terapi Individu / Perorangan
b. Terapi Individu / Perorangan
Melihat individu sebagai suatu tempat yang patologis dan
mengumpulkan data yang di peroleh dari atau tentang individu tadi. Pada terapi
perorangan dilakukan pengungkapan pikiran dan perasaan tentang kehidupannya
sekarang, dan orang – orang didalamnya. Riwayatnya perkembangan konfliknya
dengan orang tua dan saudara – saudaranya.
Bila akan dirujuk ke dalam terapi
keluarga maka terapist akan mengekporasi interaksi individu dalam konteks hidup
yang berarti. Dalam wawancara keluarga terapist mengamati hubungan individu
dengan anggota keluarga lainnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga.
B.
TERAPI BERMAIN
1.Konsep dasar bermain
Bermain
adalah unsur yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi,
mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Dimana anak mendapat kesempatan
cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman, kreatif dan
cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang mendapat
kesempatan bermain( Soetjiningsih, 2004).
Bermain
juga merupakan setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang
ditimbulkannya dan dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan
dari luar atau kewajiban serta tidak tergantung kepada usia tetapi tergantung
kepada kesehatan dan kesenangan yang diperoleh.
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif . Dengan demikian dapat dipahami bahwa didalam perawatan pasien anak, terapi bermain merupakan suatu kegiatan didalam melakukan asuhan keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya ( Nursalam, 2005).
2.
Tujuan terapi bermain
Tujuan
terapi bermain adalah mengubah tingkah laku anak yang tidak sesuai menjadi
tingkah laku yang diharapkan. Dengan terapi, anak mampu diubah perilakunya
melalui cara yang menyenangkan.
3.
Peran terapi bermain
Peran dalam pendidikan :
a. Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
b. Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dll.
c. Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.
d. Sarana untuk mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan (visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dll.
e. Sarana mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan aktif melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
f. Sarana untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang, rumah-rumahan dll.
a. Sarana pencegahan : tidak menambah permasalahan baru dan menghmbat proses belajarnya.
b. Sarana penyembuhan : dapat disembuhkan atau dilatih sebagai sarana belajar melalui bentuk-bentuk permainan yang ber7an mengembalikan fungsi fisik,psiko-terapi,modifikasi perilaku, mengembangkan fungsi sosial, melatih bicara, mempertajam atau latihan visual, latihan auditif, latihan taktil, dll.
c. Sarana penyesuaian diri : anak-anak sulit beradaptasi, oleh karena itu dilatih bekelompok dalam permainan.
d. Sarana untuk mengembangkan ketajaman penginderaan : untuk menjernihkan penglihatan (visual) misal ; permainan warna, bentuk, jarak dll.
e. Sarana mengembangkan kepribadian : anak dapat bergerak dengan bebas dan aktif melakukan berbagai kegiatan dengan perasaan gembira dan menyenangkan.
f. Sarana untuk latihan aktifitas sehari-hari : permainan memasak, berdagang, rumah-rumahan dll.
4.
Teknik saat melakukan terapi bermain
1) Bermain boneka
Saat melakukan permainan boneka anak anak dapa melakukan beberapa hal misalnya seperti mengidentifikasi diri mereka sendiri pada boneka, mengekspresikan perasaan sendiri dalam permainan boneka, memindahkan masalah pada figur permainan boneka. Selain itu kita juga dapat mendapatkan informasi mengenai anak seperti tingkah laku anak, perasaan yang sedang dirasakan anak, pandangan pola fikir anak.
2) Bermain boneka wayang
Dengan menggunakan boneka wayang anak bisa bercerita dengan menggunakan simbol-simbol dan dapat menciptakan fantasi anak. Manfaat dari bermain boneka wayang meliputi:
a. Dengan gerakan boneka anak dapat merakasan hal yang sulit untuk mereka akui sebagai diri mereka sendiri.
b. Anak dapat memerankan orang lain serta berkomunikasi untuk mengeluarkan ekspresi yang sedang meraka rasakan yang tidak dapat diekspresikan anak dikehidupan nyata
c. Anak dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa anak lakukan sendiri, sehingga dalam permainan dilakukan dalam bentuk kelompok. Dengan bermain kelompok anak akan belajar untuk saling menghargai satu sama lain dan bersosialisasi.
3) Bercerita
Sebagian besar anak lebih suka mendenarkan cerita terutama cerita dongeng atau cerita yang dapat menggambarkan tentang diri anak. Dalam bercerita kita juga harus memperhatikan usia anak karena semakin besar usia anak semakin tinggi pula daya pikir mereka terlebih anak yang sudah mulai sekolah. Pada usia sekolah Dia akan lebih suka mendengarkan cerita yang nyata.
4) Bermain
Cara anak-anak bermain memang berbeda dengan orang remaja dan dewasa. Karena pada anak-anak saat bermain mereka spontanitas tanpa dibuat buat. Namun dengan bertambahnya usia anak saat bermain mereka akan mererapkan aturan. Saat bermain anak akan mulai belajar menerima menang atau kalah, displin, dan menghargai orang lain.
5) Bermain pasir
Dengan memberikan terapi bermain pasir pada anak dpat juga sebagai medium terapeutik. Dengan menggunakan pasir anak bebas berkarya sesuai yang diinginkan misalnya seperti membuat rumah dari pasir, pemandangan, hewan dan yang lainnya. Dengan tidak langsung kita dapat mengetahui pengalaman anak yang tidak bisa anak ungkapkan dengan kata-kata.
1) Bermain boneka
Saat melakukan permainan boneka anak anak dapa melakukan beberapa hal misalnya seperti mengidentifikasi diri mereka sendiri pada boneka, mengekspresikan perasaan sendiri dalam permainan boneka, memindahkan masalah pada figur permainan boneka. Selain itu kita juga dapat mendapatkan informasi mengenai anak seperti tingkah laku anak, perasaan yang sedang dirasakan anak, pandangan pola fikir anak.
2) Bermain boneka wayang
Dengan menggunakan boneka wayang anak bisa bercerita dengan menggunakan simbol-simbol dan dapat menciptakan fantasi anak. Manfaat dari bermain boneka wayang meliputi:
a. Dengan gerakan boneka anak dapat merakasan hal yang sulit untuk mereka akui sebagai diri mereka sendiri.
b. Anak dapat memerankan orang lain serta berkomunikasi untuk mengeluarkan ekspresi yang sedang meraka rasakan yang tidak dapat diekspresikan anak dikehidupan nyata
c. Anak dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa anak lakukan sendiri, sehingga dalam permainan dilakukan dalam bentuk kelompok. Dengan bermain kelompok anak akan belajar untuk saling menghargai satu sama lain dan bersosialisasi.
3) Bercerita
Sebagian besar anak lebih suka mendenarkan cerita terutama cerita dongeng atau cerita yang dapat menggambarkan tentang diri anak. Dalam bercerita kita juga harus memperhatikan usia anak karena semakin besar usia anak semakin tinggi pula daya pikir mereka terlebih anak yang sudah mulai sekolah. Pada usia sekolah Dia akan lebih suka mendengarkan cerita yang nyata.
4) Bermain
Cara anak-anak bermain memang berbeda dengan orang remaja dan dewasa. Karena pada anak-anak saat bermain mereka spontanitas tanpa dibuat buat. Namun dengan bertambahnya usia anak saat bermain mereka akan mererapkan aturan. Saat bermain anak akan mulai belajar menerima menang atau kalah, displin, dan menghargai orang lain.
5) Bermain pasir
Dengan memberikan terapi bermain pasir pada anak dpat juga sebagai medium terapeutik. Dengan menggunakan pasir anak bebas berkarya sesuai yang diinginkan misalnya seperti membuat rumah dari pasir, pemandangan, hewan dan yang lainnya. Dengan tidak langsung kita dapat mengetahui pengalaman anak yang tidak bisa anak ungkapkan dengan kata-kata.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Teifion & Craig, TKJ.
(2004). ABC of mental health. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Didapat dari https://books.google.co.id/books?id=gW9Gj8lKmogC&pg=PA223&dq=terapi+keluarga&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjnysmqj6rMAhVHF5QKHXwjBEAQ6AEILjAD.
25 April 2016.
Hasnida. (2002). Family counseling. USU Digital Library. Didapat dari http://library.usu.ac.id/download/fk/psiko-hasnida.pdf.
25 April 2016
Semium, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental.
Yogyakarta: Kanisius. Didapat dari https://books.google.co.id/books?id=buwj_j_4mukC&pg=PA92&dq=terapi+keluarga&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwiL6Zec_KnMAhUi6KYKHXmhCLQQ6AEIITAB#v=onepage&q=terapi%20keluarga&f=false.
25 April 2016
Mc Farland, Gertrude K.
and Themas M.D, Psychiatric Mental Health Nursing, St. Louis : The CV. Mosby
Co. 1987.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak,
EGC,Jakarta., 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar